Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas Pendidikan
( Document Transcript )
- 1. BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan kehidupan Bangsa Indonesia merupakan suatuamanat
yang telah digariskan dalam suatu konstitusi dan merupakansuatu
pemikiran secara berkesinambungan bagi para pemimpin bangsauntuk
memaksimalkan amanat mencerdaskan bangsa
tersebut.Peningkatan kecerdasan bangsa telah dilakukan melalui
berbagaiprogram pembangunan fisik dan non fisik yang telah direncanakan
secarabertahap hampir kurang lebih selama 57 tahun.
Implementasipengembangan kecerdasan bangsa secara formal yang
dilakukandisekolah-sekolah terus berjalan walaupun perjalanan panjang
yangmelelahkan belum mampu mengangkat mutu sumber daya manusiaIndonesia
pada peringkat dua puluh besar untuk negara –negara di Asia.
Kondisi di atas mewarnai pernyataan pada media cetak danelektronik yang
mengatakan harga tenaga kerja Indonesia di pasaranperdagangan
internasional dinilai murah. Hasil evaluasi secara riil menjadilandasan
bagi para pimpinan bangsa untuk mencurahkan sepenuhnyamemikirkan
pola-pola atau berbagai strategik untuk
mengatasipermasalahan pendidikan yang dikaitkan dengan mutu pendidikan .
Perubahan dan perkembangan jaman kearah “Hightech” danpersaingan
bebas menuntut perhatian negara terhadap kompetensisumber daya
manusia . Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan
1
- 2.
oleh proses pembelajaran pendidikan . Oleh karena itu perananpendidikan
dewasa ini semakin diperlukan oleh anggota masyarakat dannegara yang
nantinya dapat menjanjikan sejuta harapan
bagikesejahteraan masyarakat. Bagi negara Indonesia sampai saat ini
pendidikan yang dilakukansecara formal dan non formal dengan melibatkan
pihak pemerintah ,masyarakat dan para pendidik atau para
stakeholder belum banyakmenghasilkan tingkat tujuan yang optimum
terutama dalam mencapaikesejahteraan masyarakat. Hal ini ditandai dengan
berbagai ketimpangandiantaranya pemerataan dan keadilan pendidikan yang
belum optimalterutama didaerah pedessaan serta mutu pendidikan yang
masih rendahuntuk semua tingkatan satuan pendidikan sekolah mulai dari
satuanpendidikan dasar, pendidikan menengah ,
pendidikan atas,danpendidikan tinggi serta satuan pendidikan diluar
sekolah. Media cetak banyak mengkritik ketimpangan berkaitan
denganpendidikan terutama menyangkut tingkat pengangguran dari
berbagailulusan dikarenakan mutu yang dimiliki tenaga kerja
dan tidakseimbangnya lulusan didik dengan lapangan kerja . Selain itu ,
pernyataanyang mengatakan bahwa mutu pendidikan yang ada masih belum
mampumenopang kebutuhan keterampilan kerja dilapangan. Engkoswara
(2001:20) mengatakan bahwa dikaitkan denganperkembangan
pendidikan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedangmenghadapi dua
tantangan besar yaitu :
2
- 3. 1. Tantangan global dimasa
depan yang bercirikan adanya kehidupan yang semakin tranparan
tanpa batas yang menuntut jati diri bangsa yang handal sebagai
dasar ketahanan nasional , persaingan yang semakin dasyat
dari pemitraan dan tuntutan kerjasama , kemitraan yang semakin
menjerat yang menuntut keluwesan dan hubungan yang
menyenangkan. 2. Krisis multidimensional yang sedang melanda
bangsa Indonesia yang berkepanjangan dimulai dari krisis
moneter, ekonomi, politik, hukum dan sosial kemasyarakatan
yang telah memuncak pada kriisis kepercayaan. Isu-isu di
atas merupakan isu global dalam skala nasional yangtentunya akan
berimbas kepada organisasi pendidikan didaerah. Kondisimasa lalu yang
menyebabkan suatu pendidikan merupakan suatu prosespelengkap saja dan
bukan merupakan suatu yang paling berarti dalamkehidupan masyarakat dan
ketika pendidikan hanyalah sebuahketerpaksaan dikarenakan
adanya kebijakan pemerintah. Konseppemikiran ini tentunya saat
ini harus ditiadakan dan masyarakat benar-benar menyadari bahwa
pendidikan bukan lagi suatu keterpaksaanmelainkan suatu kesadaran yang
tinggi untuk mencerdaskan bangsa.Selain itu bila kesadaran akan
pendidikan telah ada, maka para pelakukebijakan dan pelaksanaan proses
kebijakan perlu menyadari danmerubah sikap untuk tidak menjanjikan
proses pendidikan “ala kadarnya”. Dimasa-masa penuh kesulitan
,kondisi di atas masih terasa padasaat ini sehingga menyebabkan lemahnya
kepercayaan masyarakat akanpendidikan terutama pada para pendidik .
Perkembangan jaman telahmerambah dan memaksa setiap masyarakat untuk
ikut melakukanperubahan sesuai dengan kemampuan diri. Teknologi dan
informatika
3
- 4. yang terjadi saat ini hanya dapat diantipasi
dengan peningkatan sumberdaya manusia secara bertahap dan terarah.
Kondisi inilah yangmenjadikan masyarakat dan pemerintah semakin sadar
dan melakukankerjasama untuk mempercepat proses pendidikan yang bermutu.
Bergulirnya kekuasaan sepenuhnya dari pemerintah pusat danProvinsi
ke pemerintah kabupaten/kota, menjadikan suatu peluangsekaligus
tantangan bagi pemerintah daerah (kabupaten/kota) khususnyasekolah untuk
mempercepat proses pencapaian Wajar Dikdas 9 tahun.Dengan demikian
pemerintah kota dan kabupaten memperoleh suatukeleluasaan dalam
mengelola dan membina pendidikan secara mandiriagar dapat mencapai
sasaran program pembangunan pendidikan dasardan menengah. Kebijakan
pemerintah mempercayakan sepenuhnya pelaksanaanpemerintahan pada
tingkat kabupaten /kota tentunya akan ditunjang olehkemampuan sumber
daya manusia dan pemanfaatan sumber daya nonmanusia untuk mempercepat
pencapaian kecerdasan masyarakat. Hal ini dijelaskan oleh Ace
Suryadi (2001:34) bahwa pemberiankekuasaan kepada pemerintah kabupaten
dan kota berarti pemerintahkabupaten dan kota mempunyai wewenang yang
mencakup berbagaitahap mulai dari pengambilan keputusan, pemograman,
implementasi,monitoring program , pengadaan saranan dan prasarana
pendidikan dansebagainya.
4
- 5. Sejalan dengan konsep di atas, secara
nasional tentunyakeberhasilan pelaksanaan pemberian wewenang sepenuhnya
kepadapemerintah daerah untuk mengelola pendidikan dasar dan
menengahsangat tergantung pada kesiapan sumber daya manusia,
kesiapanorganisasi dan keuangan sebagai dukungan pelaksanaan
programpendidikan baik program fisik dan non fisik. Dari ketiga unsur
tersebut,kesiapan sumber daya manusia menjadi faktor yang sangat
dominanterutama sumber daya manusia dari kepala sekolah yang bervariasi
danbelum siap untuk melakukan inovasi seperti yang dituntut
dalampelaksanaan pengelolaan pendidikan yang mandiri. Kondisi ini
merupakansuatu permasalahan yang cukup besar karena nantinya akan
berpengaruhterhadap pencapaian mutu pendidikan itu sendiri. Dari
hasil laporan yang tercermin dalam Human development IndexReport (1999)
terlihat pembangunan pendidikan di Indonesia masihtertinggal oleh
negara-negara lain dikawasan Asia tenggara, dimanaIndonesia menduduki
urutan ke-105 jauh dibawah negara negara sepertiSingapura menduduki
posisi ke-22, negara Brunai diposisi Ke-25 danMalaysia diposisi ke-56.
Hasil dari berbagai evaluasi dan berbagai penelitian serta
datastatistik yang mendukung berbagai masalah tentang kemunduran
sertalemahnya sistem pendidikan yang mengakibatkan
peningkatanpendidikan bangsa Indonesia masih tertinggal oleh
negara-negara laindikarenakan lemahnya perencanaan dan strategi sistem
pendidikan
5
- 6. nasional yang masih terbelenggu pada faktor
ketergantungan yang terus-menerus. Secara nyata mutu pendididikan anak
sekolah dasar atausekolah menengah di Jawa dan di luar jawa belum tidak
sama, misalnyadi luar Pulau Jawa dinilai seorang siswa SMU mendapatkan
rata-rata nilaidibawah siswa di Pulau Jawa setelah bersaing pada SPMB.
Kondisitersebut dikarenakan salah satunya lemahnya sumber daya
manusiasebagai pendidik. Dijelaskan oleh Dedi Supriyadi dan Fasli
Jalal (2002:121) sebagaiberikut : Kendala pelayanan publik
pada jenjang pendidikan dasar adalah masalah penataan institusi
pendidikan yang didalamnya menyangkut mengenai anggaran pendidikan
yang terkotak kotak serta pengelolaan atau manajemen sekolah yang
masih kurang efektif terutama menyangkut kemampuan kepala sekolah
dan kemampuan para guru yang ada di dalam sekolah tersebut.
Konsep di atas, tentunya mengisyaratkan bahwa masalah di ataslambat
laun akan mempengaruhi mutu pendidikan peserta didik yangpada gilirannya
mempengaruhi kemampuan sumber daya manusiaIndonesia untuk 15 tahun
mendatang. Hal ini dibuktikan bahwakemampuan sumber daya manusia saat
ini yang sangat memprihatinkanmerupakan hasil proses pendidikan 15-20
tahun silam. Tentunyamenandakan adanya ketidakmampuan sumber
daya manusia baik sumberdaya pendidik baik perencana pendidikan
maupun implementasipendidikan. Selanjutnya Konsep H.A.R Tilaar
(1999:31) tentang pendidikanyang mengarah pada peningkatan mutu
mengatakan bahwa:
6
- 7. Membludaknya jumlah murid dan sekolah
dasar tentunya menimbulkan masalah-masalah manajemen yang rumit
apalagi jika usaha-usaha kita beralih dari pendekatan kuantitas
kepada pendekatan kualitas, serta sistem perencanaan yang tadinya
bersifat top down mengarah pendekatan perencanaan grass root yang
erat kaitannya dengan otonomi daerah. Selain itu konsep Fasli
Jalal dan Dedi Supriyadi (2001:5)mengatakan bahwa arah perkembangan
pendidikan nasional mengalamiperubahan dari model lama yaitu
sentralisasi dengan kebijakan Top Downmengarah pada model desentralisasi
dengan kebijakan yang sifatnyaBottom Up. Selanjutnya dikatakan
juga Fasli Jalal dan Dedi Supriyadi ( 2001:4): Penataan dan
peningkatan kemampuan sistem kelembagaan , iklim dan proses
pendidikan yang demokratis, pemberdayaan masyarakat sehingga mereka
memiliki kemampuan , peningkatan mutu dan relevansi pendidikan ,
peningkatan akuntabilitas pendidikan. Oleh karena itu, permasalahan
yang terbesar dalam pelaksanaan pendidikan baik ditingkatan
pendidikan dasar dan pendidikan tinggi terletak dari kesiapan
institusi atau lembaga pendidikan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Namun demikian perubahan yang cepat dari era
globalisasi akanmenjadi bangsa Indonesia semakin memperkuat barisannya
untukmenghadapi persaingan yang sangat ketat yang merupakan
suatutantangan. Oleh karena itu kebijakan desentralisasi
khususnyadesentralisasi pendidikan perlu diterapkan seutuhnya dalam
rangkapengelolaan pendidikan di daerah. Sebagai rujukan mengenai
pelaksanaan pendidikan di Indonesiadikatakan oleh H.A.R Tilaar
(1999:150) bahwa:
7
- 8. Saat ini negara Indonesia sedang
mengalami empat krisis pokok dalam pendidikan yang menyangkut
mengenai kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, elitisme dan
manajemen pendidikan. Dari konsep diatas, jelas bahwa salah satu
penyebab permasalahan diatas disebabkan oleh faktor guru sebagai
unsur yang melakukan proses pembelajaran disamping unsur lainnya
yang menyangkut kemampuan SDM birokrat pendidikan, keuangan daerah,
partisipasi masyarakat dan sebagainya. Peningkatan mutu
pendidikan di era otonomi daerah dengandesentralisasi pendidikan
yang mana daerah diberikan adanyakewenangan yang luas untuk
mengelola potensi daerah yang dilandasioleh Undang-Undang nomor 22/1999
tentang pemerintah daerah danUndang-Undang nomor 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuanganpemerintah pusat dan daerah yang mengandung
pemikiran baru dalampengelolaan sektor –sektor layanan publik termasuk
sektor pendidikan.Kedua kebijakan ini semakin kongkrit dengan
diterbitkannya PP nomor 25tahun 2000 mengenai kewenangan pemerintah
Provinsi sebagai daerahotonom. Mengingat kebijakan diatas
tidak dirinci kewenangankabupaten/kota maka sudah jelas kewenangan
yang tidak dilaksanakanoleh pemerintah pusat dan Provinsi otomatis
menjadi kewenangankabupaten/kota. Namun kenyataannya ditahun-tahun
awal pelaksanaan otonomidaerah ternyata kondisi empirik, khususnya pada
bidang pendidikansangat menyedihkan. Hal ini dikarenakan adanya
sinyalemen yangmenyatakan banyak terjadi ketimpangan dan penyalahgunaan
wewenangdan kepercayaan oleh para oknum pemerintah daerah
terutamapemanfatan dana baik Dana Alokasi umum (DAU) dari pusat, dan
dana
8
- 9. dari APBD. Kondisi ini perlu dilakukan
penanganannya dengan carapenguasa daerah mempunyai komitmen sehingga
akan memperbaikimutu pendidikan dan mencegah adanya disintergrasi bangsa
denganmenguatnya budaya kedaerahan (localism culture).
Berdasarkan konsep The Word Bank (2000) dikatakan bahwa artipenting
daripada pendidikan antara lain ; a. Pendidikan dapat
meningkatkan pengetahuan,kemampuan dan keterampilan seseorang
sehingga menjadi lebih efektif dan produktif yang pada
gilirannya dapat meningkatkan penghasilan secara memadai
untuk kemudian mendorong peningkatan pendapatan. b.
Pendidikan akan berpengaruh pada peningkatan derajat
kesehatan dan gizi c. Pendidikan akan meningkatkan mutu dan
standar hidup d. Pendidikan akan mendorong proses pembangunan
sosial melalui penguatan kohesi dalam masyarakat dan membuka
peluang serta kesempatan yang lebih baik .
Selanjutnya dijelaskan menurut studi Bank Dunia (1999) dikatakanbahwa
terdapat tiga pilar yang menopang sistem pendidikan yang baikyaitu:1.
Akses terdiri dari kesiapan siswa belajar, lingkungan pembelajaran,
kesempatand an peluang bagi semua pihak.2. Kualitas
organisasi terdiri dari kurikulum yang relevan, dukungan dari
staf dan proses belajar mengajar yang baik.3. Dukungan lingkungan
terdiri dari pemerintah yang baik, sumber daya yang memadai dan
evaluasi yang baik. Dari hasil penelitian Bank Dunia (1998)
menyimpulkan bahwa diIndonesia terdapat 4 faktor yang menjadi kendala
dalam meningkatkankualitas pendidikan dasar di Indonesia dan dinyatakan
pada posisi kritis.Keempat kendala tersebut yaitu :
9
- 10. a.
Institusi yang mengelola pendidikan dasar sangat rumit dan
kurang terkoordinasi. Yaitu antara Institusi Pendidikan dengan
departamen Agama dan Departemen Dalam Negeri. b. Adanya perbedaan
pengelolaan pendidikan SD dengan SLTP dimana ada yang dikelola
oleh Departemen Agama dan Ada yang dikelola oleh Instansi
Pendidikan di Daerah. c. Anggaran pendidikan nasional dikelola
secara kaku dan terkotak-kotak. d. Manajemen sekolah tidak
efektif. Provinsi Riau sebagai salah satu Provinsi yang
memberikankontribusi pada devisa negara tentunya di era desentralisasi
melakukanakserelasi pendidikan baik pendidikan dasar, pendidikan
mengenah danpendidikan tinggi. Hal ini terbukti dengan dukungan dana
pendidikan bagipara guru dan dosen serta para birokrat untuk melanjutkan
studi kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun demikian ,
pergerakanpembaharuan pendidikan khususnya peningkatan kemampuan
tenagapendidik dilakukan secara bertahap, dan pelaksanaan
pengembanganpegawai lebih difokuskan pada tanaga pendidikan ditingkat
pendidikanmenengah dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, tenaga
pendidikditingkat pendidikan dasar yang jumlahnya puluhan ribu
masihmenantikan upaya pemerintah untuk melahirkan kebijakan khusus
dalammengembangkan kemampuan guna peningkatan mutu pendidikan.
Implikasi daripada model desentralisasi pengelolaan pendidikanadalah
kewenangan yang lebih besar diberikan kepada kabupaten dankota untuk
mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhandaerahnya.
Dengan pemberian kekuasaan yang penuh pada kabupaten/kota jelas
memberikan peluang bagi para pengambil kebijakan di
10
- 11.
kabupaten /kota terutama pada pembuat kebijakan Kantor DinasPendidikan
kabupaten/kota untuk mempercepat proses pencapaian tujuanpendidikan
diantaranya pendidikan Wajar Dikdas 9 tahun. Sebagai dasar
pengamatan dilapangan secara tentatif terutamayang terjadi di
daerah-daerah pedesaan bahkan didaerah pinggiran kotadi kabupaten dan
kota Provinsi Riau terdapat beberapa indikasi kearahbelum meratanya
pembangunan pendidikan serta prilaku tenaga pendidikyang menyangkut
kinerja guru ,kinerja pegawai Kantor Dinas Pendidikandan mutu pendidikan
serta kepuasan stakeholder sebagai berikut :1. Tenaga Kependidikan
Keberhasilan kebijakan pendidikan baik ditingkat Provinsi
dankabupaten/kota sangat ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranyakinerja tenaga kependidikan. Merujuk SK Mendikbud Nomor 25
tahun1995 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
1992 (AbinSyamsudin,1996) dikatakan bahwa tenaga kependidikan
terdiri dari :a. Tenaga pendidik seperti pembimbing,
pengajar, pelatih dan widyaiswarab. Tenaga kependidikan bukan
pendidik seperti pengelola satuan pendidikan, penilik,
pengawas, pustakawan, penguji, teknisi sumber belajar. Di
Provinsi Riau terdapat 15 Kantor Dinas Pendidikan yangtersebar di 15
kabupaten/kota , dimana masing-masing mempunyai fungsi
11
- 12.
membantu penyelenggaraan pendidikan baik yang sifatnya fisik dan
nonfisik serta melakukan inventarisasi terhadap sarana dan
prasaranaorganisasi pendidikan termasuk didalamnya para guru dan penilik
baikpada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Untuk lebih
jelasnyamengenai kondisi tenaga pendidik di Provinsi Riau dapat dilihat
pada tabeldibawah ini : Tabel I.1
Keadaan Guru SD, Guru SLTP, Guru SMU di Provinsi Riau
berdasarkan Pendidikan Formal.N KOMPONEN
Pendidikan GuruO SGB SPG/ SMTA PGSD/
DIII S1 JML PGA
DII S2
<1. Guru SD 522 15.463 2.148
9.148 544 1.427 - 29.25
92. Guru SLTP
- - - 620 2119 3879 38 6.6563.
Guru SLTA - - - - 1201 2853 89
4.143Sumber : Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Riau Tahun 2004
Dari tabel di atas belum sebanding dengan jumlah ruangan danmurid yang
ada di dalam organisasi sekolah sehingga masih terdapatadanya
ketidakmerataan antara rasio murid dengan tenaga pendidikan.Dari hasil
observasi dilapangan terutama untuk Sekolah Dasar dipedesaan masih
adanya peran seorang guru yang digantikan olehPembantu Sekolah atau guru
olah raga yang menggantikan guru kelas.Kondisi ini dapat berimbas pada
mutu pendidikan anak. Dari data yang diambil di Kantor Dinas
Pendidikan Provinsi Riauterdapat data tahun 2001/2002 sebagai berikut :
12
- 13. a. Jumlah sekolah SD (Negeri dan Swasta)
sebanyak 3.654 buah dengan jumlah tenaga pengajar yaitu 29.259
orang dengan jumlah siswa sebanyak 720.414 siswa b. Jumlah
sekolah SLTP (Negeri dan Swasta) sebanyak 501 buah dengan jumlah
tenaga pengajar sebanyak 6.656 orang dan jumlah murid sebanyak
162.473 siswa. c. Jumlah sekolah SMU (Negeri dan Swasta ) sebanyak
187 dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 4.143 orang dan jumlah
murid sebanyak 74.936. Jumlah tenaga pendidik dan non
pendidikan yang ada di ProvinsiRiau dikelola secara administratif dan
pengembangan kariernya olehDinas Pendidikan yang ada di kabupaten /
Kota. Oleh karena itu ,pentingnya pimpinan untuk menciptakan
mutu kehidupan kerja pegawaidalam rangka meningkatkan produktivitas
kerja setiap pegawai KantorDinas Pendidikan kabupaten /kota.
Penyelesaian pekerjaan dalam urusanpengembangan karier dan penggajian
setiap tenaga pendidik tentunyaharus diseimbangkan dengan jumlah pegawai
di Kantor Dinas Pendidikan.Secara nyata dilapangan masih terdapat
variasinya jumlah pegawaidisetiap Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Adapun jumlahpegawai yang ada disetiap Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota diProvinsi Riau dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
13
- 14. Tabel I.2 Jumlah Pegawai di
Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Provinsi
Riau NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH
PEGAWAI1. Kampar
582. Bengkalis 573.
Kepulauan Riau 524.
Indragiri Hulu 615.
Indragiri Hilir 596.
Pekanbaru 627.
Pelalawan 578. Batam
569. Dumai
5310 Siak
6111 Karimun
5512 Natuna
5113 Rokan Hulu
5914 Rokan Hilir
5815 Kuantan Sengingi 55Sumber
: Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Riau tahun 2004 Dari tabel di
atas, dikatakan bahwa perbandingan antara jumlahpegawai masih Kantor
Dinas Pendidikan kabupaten/kota yang belumsebanding dengan
jumlah para tenaga pendidik dan murid yang sehinggabelum sepenuhnya
terlayani. Kondisi ini memerlukan dorongan untukproduktif dalam
pelaksanaan tugas terutama pemberian pelayanan. Dari hasil
observasi terdapat beberapa fenomena yang ditemuidisetiap Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/kota yang menyangkutfenomena seperti:
14
- 15.
a. Disiplin kerja baik menyangkut waktu kerja serta etika
berpakaian serta etika prilaku terhadap sesama pegawai
dan pimpinan, meninggalkan ruang kerja bukan urusan dinas.b.
Terdapatnya kekecewaan dari para tenaga pendidik dan pegawai lainnya
karena kebijakan pengembangan karier dan pemberian penggajian
yang terlambat dan tidak objektif baik menyangkut promosi, kesempatan
berkembang serta urusan kepangkatan dan mutasi .c. Proses penempatan
guru yang belum selektif sehingga menyebabkan adanya ketidakmerataan
jumlah guru di sekolah pedesaan dan perkotaan terutama untuk Sekolah
Dasar dimana terjadi penumpukan guru SD di sekolah-sekolah Perkotaan
dan pinggiran kota.d. Sering terjadinya keluar masuknya pegawai dari
instansi pemerintah daerah ke Kantor Dinas Pendidikan sehingga dapat
mempengaruhi karier pegawai Kantor Dinas Pendidikan yang lama.e.
Lingkungan kerja dan sarana kerja yang belum memadai sehingga
menyebabkan semangat kerja pegawai rendah.f. Belum terpenuhinya tingkat
kesejahteraan guru terutama guru di pedesaan serta tingkat
kesejahteraan pegawai Kantor Dinas Pendidikan yang berdampak
pada kinerjanya.g. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak optimal dikarena
kemampuan pegawai bervariasi dan belum menguasai uraian pekerjaan
sehingga implementasi kebijakan belum dapat dicapai secara efisien dan
efektif.
15
- 16. h. Terdapat beberapa sekolah yang kekurangan
guru kelas. Pada Periode 2001/2002 untuk Lembaga Sekolah
Dasar di Provinsi Riau yang jumlah lembaga sebanyak 3.654 dan
kekurangan kepala sekolah sebanyak 207 orang, kekurangan guru agama
sebanyak 612 orang, kekurangan guru olah raga sebanyak 1.679 orang .
Prosentase Rasio antara jumlah murid dengan standar maksimum pelayanan
yang tidak sesuai dengan aturan yang akan berdampak pada kinerja
guru.2. Fasilitas pendidikan Fasilitas pendidikan sangat
menunjang kelancara prosespembelajaran siswa, dimana fasilitas
belajar meliputi sarana danprasarana belajar. Disamping jumlah tenaga
pengajar atau guru yangmencukupi sesuai dengan rasio perbandingan guru
dan murid, makatentunya perlu dilengkapi oleh sarana lainnya seperti
ruang belajar, ruangpustaka , buku-buku pedoman, ruang guru serta letak
dari sekolahtersebut yang strategi dan mudah dijangkau oleh seorang
murid. Pada tabel dibawah ini terdapat kondisi sarana
pendidikanterutama menyangkut ruang belajar pada sekolah-sekolah yang
ada diProvinsi Riau sebagai berikut :
16
- 17. Tabel I.3
Keadaan Ruang Kelas SD, SLTP dan SMU di Provinsi RiauNO Kondisi
Sekolah SD SLTP SMU Jumlah1. Baik
8.226 3.578 1.708 13.5122. Rusak
Ringan 5.575 387 115 6.0773. Rusak
Berat 5.399 97 85 5.581
Jumlah 19.200 4.062 1.908 25.170Sumber:
Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Riau Tahun 2004 Dari tabel di
atas terlihat bahwa dari jumlah ruangan yang ada baiklembaga pendidikan
dasar dan lembaga pendidikan menengah terdapatsekitar 11.974 ruangan
yang rusak berat dan ringan atau sekitar 62 %untuk sekolah dasar,
sebesar 484 atau 12 % untuk sekolah SLTP yangrusak ringan dan berat dan
sebesar 200 kelas atau 11 % yang rusakberat dan ringan untuk sekolah
SMU. Kondisi ini tentunya merupakansuatu masalah yang dihadapi
oleh Kantor Dinas Pendidikankabupaten/kota untuk memecahkan
permasalahan guna kelancaranproses pembelajaran secara efektif dan
efisien.3. Kepemimpinan Dinas Pendidikan kabupaten/kota yang ada
di Provinsi Riau pascaotonomi daerah mempunyai peluang untuk mandiri
serta mengembangkanpola-pola pembangunan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhandaerah. Oleh karena itu tanggung jawab kepala dinas semakin
komplekterutama dalam menyusun strategi pengembangan pendidikan.
Menyadur konsep SP. Siagian (1990:45) bahwa “sukses atautidaknya suatu
organisasi ditentukan oleh pimpinan organisasi “. Konsepini
menitikberatkan peranan pimpinan yang sangat dominan dalam
17
- 18.
memotivasi, mempengaruhi, menggerakan para pegawai bawahannyauntuk
mencapai dan melaksanakan program pendidikan yang telahditetapkan.
Pimpinan di Kantor Dinas terdiri dari pimpinan puncak yaitu kepaladinas
dan pimpinan menengah yaitu kepala subdinas. Keterpaduankonsep dan
prilaku antar pimpinan harus dipelihara. Namun didasarkanhasil observasi
masih terlihat adanya pola kepemimpinan yang tidakprofesional, kurang
inovatif dan mempertahankan prilaku konvensionalsehingga kemunculan
ide-ide terkesan lambat. Perpaduan gaya yang berorientasi pada
tugas dan berorientasipada hubungan antar manusia belum tercipta
sehingga menyebabkanadanya praktek kolosi dan neposistem masih
menjalar di tubuhorganisasi pendidikan itu baik dalam penempatan
pegawai terutamapegawai yang telah pulang dari tugas belajar atau
pegawai lain yangmempunyai kemampuan dan loyalitas belum
diperhatikan sepenuhnyaterutama pemanfaatan untuk melaksanakan program
kerja yang ada.4. Pola Manajemen Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di
Provinsi Riau merupakansuatu organisasi pendidikan yang mempunyai
wewenang dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan.
Kantor DinasPendidikan mempunyai pegawai yang menduduki jabatan
struktural yangada mulai dari kepala dinas sampai dengan kepala seksi.
Masing-masing
18
- 19. jabatan diduduki oleh pegawai yang rata-rata
mempunyai pendidikanSarjana dan mempunyai pengalaman di bidang
pemerintahan. Pola pengembangan manajerial di setiap kantor dinas
yang adaberbeda. Hal ini sangat tergantung dari gaya kepemimpinan kepala
kantortersebut. Dari hasil observasi terlihat adanya pengelolaan
organisasi yangbelum profesional baik dalam perencanaan SDM,
pengembangan SDMdan pemeliharaan SDM. Kondisi ini banyak berkaitan
dengan prilakupara pemegang jabatan yang belum berinovasi
dan masihmempertahankan pola konvensional yang sudah lama
beradaptasi sejakera sentralisasi. Sebagai contoh nyata
diantaranya penempatan pegawai yangtidak sesuai dengan kualitas
pekerjaan seperti bagian kurikulum di KantorDinas Pendidikan, Pemuda ,
Seni dan Olah Raga tidak terdapat pegawaiyang berlatar belakang
pendidikannya kurikulum. Selain itu , masuknyapegawai dari unit kerja
lain di pemerintah daerah seperti dari DinasKesehatan, DLLAJR dan
promosi dari guru menjadikan pengembanganpola manajerial terkesan lambat
dan belum efektif.5. Kondisi Geografis Kondisi lingkungan di
Provinsi Riau yang terdiri dari daerah rawa-rawa serta pembangunan
sarana tranfortasi yang belum memadaiditunjang dengan alat tranfortasi
yang masih menggunakan jalur sungaiuntuk menjangkau daerah-daerah di
pedalaman dan daerah-daerahkepulauan menjadi suatu pekerjaan bagi para
pembuat kebijakan
19
- 20. pendidikan untuk merencanakan
secara optimal guna mencapaiefektivitas dalam implementasi
pelaksanaan program pendidikan . Secara nyata dilapangan untuk
menjangkau sekolah-sekolah dasarterutama di daerah pedesaan dan
pinggiran kota hampir sekitar 80 %jalur sungai dan laut dirasa sangat
efektif. Namun tranportasi dengan jalurSungai sangat dibatasi oleh
jumlah sarana angkutannya tidak sepertimenggunakan jalur darat. Kondisi
ini tentunya menjadi permasalahanyang harus dipecahkan terutama dalam
pelaksanaan pembangunansarana pendidikan khususnya sekolah dasar,
penempatan para guru ,pemantauan oleh para penilik dan evaluasi
program.6. Kondisi Demografi Penduduk merupakan salah satu aspek
yang tentunya membantudalam penyusunan strategi pembangunan pendidikan
di Provinsi Riauterutama untuk mewujudkan Wajar Dikdas 9 tahun. Oleh
karena masihterdapat suatu perbandingan yang menyolok antara yang
didapat dalammembandingkan Angka Patisipasi Murni (APM) dan Angka
PartisipasiKasar (APK) yang tidak sesuai dengan target yang ditetapkan.
Padaperiode 2001/2002 terdapat jumlah murid SD Kelas 1 diseluruh
ProvinsiRiau berjumlah 146.321 orang dimana dari jumlah tersebut
terdapat82.365 siswa mempunyai usia 6- 7 tahun dan sisanya adalah dari
anakyang berusia lebih dari 7 tahun ditambah dengan murid yang
tinggalkelas.
20
- 21. Data statistik Provinsi Riau (2002)
dinyatakan bahwa jumlahpenduduk yang mempunyai usia sekolah yaitu 7
tahun pada periode2001-2002 berjumlah 193.342 orang. Dengan
demikian terdapatketidakseimbangan antara APK dan APM dengan
perbandingan sebesar24 % yang tidak masuk sekolah dasar. Hal ini dapat
disebabkan olehtingkat kesadaran para orang tua atau daya tampung yang
tidakmencukupi. Dari data di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Riau
dapat dilihatjumlah murid yang tinggal kelas dalam tabel dibawah ini :
Tabel I.4 Keadaan Murid SD,SLTP dan
SMU yang mengulang kelas periode 2001/2002NO
Sekolah Negeri Swasta Jumlah1. SD
43.534 2.517 46,0512. SLTP
2.004 403 24073. SMU
287 140 427Sumber: Kantor Dinas
Pendidikan Provinsi Riau Tahun 2004 Dari tabel di atas, terlihat
bahwa dari 15 kabupaten /kota yang adadi Provinsi Riau masih terdapat
siswa baik di SD, SLTP, SMU yangmengulang. Pengulangan bervariasi ada
yang di kelas 1, kelas 2 danseterusnya. Namun untuk sekolah dasar
pengulangan terbanyak terdapatdi Kabupaten Indragiri Hilir dengan jumlah
murid yang mengulang sebesar5.572 murid. Data murid mengulang untuk
tingkat SLTP terbanyakterdapat di Kabupaten Bengkalis sebanyak 400
siswa, sedangkan untuktingkat SMU terdapat di Kota Pekanbaru dengan
jumlah murid yang
21
- 22. mengulang yaitu 141 siswa. Selain itu
dari jumlah murid SD yang adadisetiap kabupaten/kota terdapat jumlah
murid SD yang Putus sekolahsebanyak 3.123 murid untuk periode 2001/2002,
dimana mayoritas muridputus sekolah berada di Kota Pekanbaru sebanyak
928 siswa atausebesar 30 % dari jumlah seluruh murid yang putus sekolah.
Fenomena yang terjadi di atas, merupakan kondisi global yangada
di Provinsi Riau untuk bidang pendidikan yang sifatnya
tentatif .Pemecahan permasalahan dapat dilakukan
melalui penerapanmanajemen pendidikan fokus pada unsur manusia .
Orientasi pada unsursumber daya manusia ditujukan guna meningkatkan mutu
kehidupan kerjadan produktivitas kerja . Merujuk konsep
Sutermeiter bahwa produktivitas kerjadipengaruhi oleh 33
faktor baik faktor internal dan faktor eksternal.Selanjutnya Mathis
dan Jackson (2000:83) mengatakan aktivitasmanajemen sumber daya manusia
yang berkaitan langsung denganproduktivitas adalah sistem
pembayaran,sistem penilaian,rancanganpekerjaan,pelatihan, seleksi.
Mutu Kehidupan Kerja (Quality of work life) merupakan iklim kerjayang
diciptakan dan dikembangkan secara sengaja,berencana dansistematik untuk
menimbulkan kepuasan kerja suasana senang , terjamin ,termotivasi
dan mendapat perlindungan dalam bekerja
(HadariNawawi,2000;244) .Sedangkan Keith Davis (1999) mengatakan
bahwafaktor-faktor untuk memperbaiki Mutu Kehidupan
Kerja adalah
22
- 23. kompensasi,partisipasi sumber daya
manusia, pengembangan karier,pekerjaan yang menarik dan supervisi yang
baik. Merujuk dari konsep-konsep di atas, maka dalam penelitian
inifaktor-faktor yang mempengaruhi Mutu Kehidupan kerja dan
produktivitaskerja hanya diambil empat faktor saja yaitu job
desain,pengembanganpegawai,gaya kepemimpinan dan pemberian
kompensasi denganpertimbangan keempat faktor tersebut
relevan untuk menganalisispermasalahan yang berkaitan dengan Mutu
Kehidupan kerja danProduktivitas Kerja. Oleh karena itu, kajian
penelitian kuantitatif ini difokuskan padapermasalahan mutu kehidupan
kerja dengan judul :Studi Terhadap Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi KualitasKehidupan Kerja (Quality Of Work Life) Dan
Produktivitas KerjaPegawai (Penelitian terhadap Pegawai di
Kantor Dinas PendidikanKabupaten/kota Provinsi Riau)B. Identifikasi
Masalah Dalam era desentralisasi ini, profesionalisme tenaga
administrasidi Kantor Dinas Pendidikan khususnya di Provinsi Riau
diposisikansebagai sentral dalam proses pelaksanaan pembelajaran di
sekolah .Oleh karena itu, mau tidak mau, peranan birokrat pendidikan
sebagaipembina para guru menjadi pembicaraan kalangan praktisi dan
akademis. Hal ini tentunya menyangkut mengenai keberhasilan
programpembangunan pendidikan di Provinsi Riau, dimana
keberhasilan
23
- 24. pembangunan pendidikan bukan saja peran
guru dan peran kepalasekolah melainkan juga kebijakan dari Dinas
Pendidikan yang bersama-sama dengan masyarakat untuk menyusun program
pendidikan disetiapdaerah didasarkan pada potensi dan kebutuhan daerah
masing-masing. Merujuk pada konsep Nawawi di atas, bahwa Mutu
KehidupanKerja dapat dilihat dari prilaku pegawai itu sendiri antara
adanya kepuasankerja dan adanya motivasi kerja.Keberhasilan
produktivitas pelayananpendidikan harus didukung oleh para pegawai yang
kompeten danmemiliki jiwa kader yang senantiasa bergairah dalam
melaksanakan tugasprofesionalnya secara inovatif. Namun saat ini
masih terlihat fenomena yang mengarah padapenerapan aktivitas manajemen
seperti job desain, pengembanganpegawai,gaya kepemimpinan dan kompensasi
belum optimal sehinggaMutu kehidupan Kerja belum kondusif yang berimbas
pada tingkatproduktivitas kerja yang belum memadai. Dari
pernyataan masalah (problem statement) , maka penelitimembuat
identifikasi masalah berupa pertanyaan masalah (problemquestion)
sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh
jobdesain,pengembangan pegawai,kompensasi dan gaya kepemimpinanterhadap
mutu kehidupan kerja dan produktivitas kerja pegawai di KantorDinas
Pendidikan kabupaten/kota Provinsi Riau! Identifikasi permasalahan
di atas, secara rinci dapat dipilah menjadibeberapa pertanyaan
permasalahan sebagai berikut:
24
- 25. 1. Apakah ada pengaruh
Job Desain, Pengembangan Pegawai, kompensasi dan Gaya
Kepemimpinan terhadap Mutu Kehidupan Kerja pegawai di Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/kota: a. Apakah ada pengaruh Job Desain,
Pengembangan Pegawai, Kompensasi dan Gaya Kepemimpinan
terhadap Kepuasaan Kerja pegawai di Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/kota? b. Apakah ada pengaruh Job Desain, Pengembangan
Pegawai, Kompensasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi
Kerja pegawai di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/kota?2.
Apakah ada pengaruh Job Desain, Pengembangan Pegawai dan Kompensasi
pegawai serta Gaya Kepemimpinan terhadap Produktivitas
Kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/kota?3. Apakah ada
pengaruh Kepuasan Kerja terhadap produktivitas Kerja pegawai Kantor
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ?4. Apakah ada pengaruh Kepuasan Kerja
pegawai terhadap Motivasi kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan
kabupaten/kota ?5. Apakah ada pengaruh motivasi kerja dan produktivitas
kerja terhadap kepuasan kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan
kabupaten/kota ?6. Apakah ada pengaruh Motivasi Kerja pegawai
Kantor Dinas Pendidikan kabupaten/kota terhadap Produktivitas
Kerja?C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bermaksud
untuk mendeskripsikan, mengkaji danmenganalisa mengenai berbagai faktor
yang mempengaruhi quality ofwork life dan produktivitas pegawai di
Kantor Dinas Pendidikankabupaten/kota Provinsi Riau.
25
- 26. Secara
rinci dapat dikembangkan tujuan penelitian yaitu :1. Mengetahui pengaruh
job desain, pengembangan pegawai dan pemberian kompensasi
pegawai serta gaya kepemimpinan terhadap Mutu Kehidupan Kerja
pegawai yaitu: a. Mengetahui pengaruh job desain, pengembangan
pegawai dan pemberian kompensasi pegawai serta
gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai . b.
Mengetahui pengaruh job desain, pengembangan pegawai dan
pemberian kompensasi pegawai serta gaya
kepemimpinan terhadap motivasi kerja.2. Mengetahui pengaruh pelaksanaan
job desain, pengembangan pegawai dan pemeliharaan pegawai serta gaya
kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.3. Mengetahui pengaruh
kepuasan kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/kota Provinsi
Riau terhadap produktivitas kerja pegawai dan motivasi kerja.4.
Mengetahui pengaruh kepuasan kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/kota Provinsi Riau terhadap motivasi kerja.5. Mengetahui
pengaruh produktivitas kerja dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
pegawai Kantor Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
26
- 27. 6.
Mengetahui pengaruh motivasi kerja pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/kota Provinsi Riau terhadap Produktvitas
kerja pegawai. Sedangkan manfaat penelitian adalah sebagai berikut
:1. Secara teoritis yaitu bahwa penelitian ini akan memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan teori mengenai kebijakan
pendidikan terutama menyangkut strategi Sumber Daya Manusia yang
dilakukan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/kota diantaranya penarapan
manajemen pendidikan.2. Secara praktis penelitian bermanfaat
bagi pemerintah daerah kabupaten/kota untuk membuat suatu
kebijakan pendidikan yang menyangkut pemberdayaan pegawai
dan peningkatan mutu kehidupan kerja pegawai dalam rangka
pemberian pelayanan optimal untuk masyarakat dalam pendidikan.D.
Kerangka Pemikiran Otonomi daerah yang diberlakukan di kabupaten
dan kota dalambidang pendidikan merupakan suatu momentum , peluang dan
tantanganbagi pemerintah daerah khususnya Kantor Dinas
Pendidikankabupaten/kota untuk membangun pendidikan kearah
peningkatankualitas sumber daya manusia yang menjadi penggerak
pembangunan. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia
yangkompetensi,kualitas agar menjadi sumber penggerak bagi
pembangunanbidang-bidang lainnya. Sejalan dengan konsep Adam Smith
(1937)
27
- 28. mengatakan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)
memiliki posisi yangstrategis dan peranannya yang kontributif yang tidak
kalah pentingnyadengan bidang yang lainnya. Pengembangan kemampuan
sumber dayamanusia pasca otonomi daerah dapat dilakukan melalui
suatu prosesyaitu pelaksanaan pendidikan. Merujuk konsep Engkoswara
(2001:2) bahwa bidang garapanmanajemen pendidikan adalah sumberdaya
manusia, sumber belajar dansumber fasilitas dan dana dimana ketiga
sumber itu ditujukan untukpencapaian produktivitas. Fokus dalam
penelitian ini adalah pada unsurSumber daya manusianya dikaitkan dengan
produktivitas kerja pegawai. Produktivitas merupakan suatu rasio
antara efektivitas dan efisiensidari berbagai sumber daya yang ditujukan
untuk mencapai keluaranorganisasi semaksimal mungkin dengan biaya
seminal mungkin dalamsatuan waktu tertentu dan memiliki kualitas hasil
tertentu. Sedangkanproduktivitas kerja pegawai merupakan rasio dari
efektivitas kerja yangdilakukan pegawai dengan efisiensi
kerja yang menyangkutkualitas,kuantitas dan satuan waktu
(Sedarmayanti,2000:188) Produktivitas kerja berkaitan dengan
kinerja (Performance),dimanabeberapa sumber pustaka mengatakan bahwa
produktivitas kerjamerupakan bagian dari kinerja selain kualitas dan
pelayanan (Mathis danJackson,2000 :82). Selanjutnya dikatakan Simamora
(1997:419) bahwaproduktivitas kerja merupakan data yang dijadikan unsur
penilaikankinerja. Selain itu terdapat konsep yang mengatakan
produktivitas kerja
28
- 29. pegawai adalah kinerja, dimana kinerja
dapat dilihat dari tingkatproduktivitas kerja. Penerapan
produktivitas kerja pada sektor publik terutamamenyangkut kualitas
kerja sangat ditentukan oleh standar kerjaorganisasi.
Oleh karena itu dikatakan Sedarmayanti (2000:189) bahwapedoman dalam
memahami produktivitas didasarkan pada normativeantara lain organisasi
publik ditujukan untuk memberikan pelayananmasyarakat dan kesehatan
organisasi publik dapat dilihat dari kontribusitujuan terhadap tujuan
politik serta pencapaian hasil maksimum. Konsep lain dijelaskan
oleh National Productivity Board (NPB)bahwa produktivitas adalah sikap
untuk melakukan suatu tindakan yangmengarah pada perbaikan. Oleh karena
itu perwujudannya dapat dilihatpada sikap mental pegawai dalam berbagai
aktivitas yang berkaitandengan karakteritik individu dan proses kerja
yaitu : (1) Karakteritikindividu yang terdiri dari
:Pengetahuan ,Keterampilan
,Disiplin,Sikap,Kepribadian,Keharmonisan kerja. (2) Pekerjaan yang
terdiridari : Metode kerja, Manajemen, Ketepatan waktu , Sistem kerja
Mathis dan Jackson (2000:82) mengatakan produktivitas kerjaadalah
ukuran kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dilakukan
denganmempertimbangkan biaya sumber daya yang
digunakan untukmengerjakan pekerjaan tersebut. Produktivitas
kerja pegawai berkaitan dengan kinerja dimanakonsep
kinerja merupakan hasil kerja seorang pegawai dalam
29
- 30. pelaksanaan tugas secara efektif, efisiensi.
Pada dasarnya kinerjamerupakan jumlah dari motivasi dan kemampuan,
dimana Motivasimerupakan penjumlahan dari sikap dan situasi, sedangkan
kemampuanmerupakan jumlah dari pengetahuan dan keterampilan (Keith Davis
dalamAnwar Prabu,2000:670 ). Rujukan dalam pembahasan
produktivitas menggunakan pendapatSutermeister (Winardi,1999:499) bahwa
produktivitas kerja dipengaruhioleh 33 faktor diantaranya : a.
Job performance b. Ability (Knowledge dan skill) c.
Motivation d. Social condition e. Individual need f.
Psysical condition Unsur-unsur di atas, terbagi-bagi lagi dalam
beberapa item lainnya,dimana unsur kemampuan didalamnya
menyangkut mengenaiketerampilan dan pengetahuan pegawai , unsur
kondisi sosialdiantaranya struktur organisasi, isi
pekerjaan, pengembangan pegawai,kompensasi, kepemimpinan, unsur
kebutuhan individu menyangkutpencapaian kepuasan kerja dan unsur
kondisi fisik organisasimenyangkut ventilasi, penerangan ,
keamanan dan sebagainya. Pencapaian produktivitas kerja pada suatu
organisasi dapatdiciptakan melalui adanya kondisi kehidupan kerja yang
berkualitas.Pengertian dari Mutu kehidupan kerja atau mutu kehidupan
kekaryaanadalah : Proses melalui mana organisasi bersikap tanggap
terhadapkebutuhan karyawan melalui pengembangan mekanisme
yang
30
- 31. memungkinkan mereka terlibat dalam pengambilan
keputusan tentanghidup mereka ditempat pekerjaannya. (Siagian,2002:119).
Sedangkan Winardi ( 2002:244 ) mengatakan bahwa
terdapatbeberapa kondisi yang merupakan perwujudan adanya mutu
kehidupankerja dalam organisasi yaitu kepuasan kerja pegawai, motivasi
kerja dankomitmen. Faktor yang berkaitan dengan qualty of work life
diantaranya adalahjob desain, pengembangan pegawai, pemberian
kompensasi dan gayakepemimpinan. Sedangkan dimensi dari quality of work
life yaitu motivasikerja dan kepuasan kerja pegawai yang akan berdampak
padapencapaian produktivitas kerja pegawai. Pencapaian mutu
kehidupan kerja dan produktivitas melaluipenerapan kegiatan manajemen
sumber daya manusia ditentukan olehpenerapan strategi yang memperhatikan
perubahan lingkungan internaldan lingkungan eksternal. Pengamatan
terhadap perubahan lingkungan merupakan suatulandasan untuk menyusun
strategi dalam pengembangan SDM karenadengan demikian dapat dianalisa
mengenai berbagai faktor yangmenyangkut kelemahan, kekuatan , peluang
serta tantangan yangdihadapi oleh Organisasi pendidikan tingkat
kabupaten/kota. Faktor lingkungan internal diantaranya adalah
sumber dayamanusia dimana sumber daya manusia perlu diperhatikan
terutamamenyangkut fungsi operasionalnya mulai dari penarikan dan
seleksi
31
- 32. pegawai, penempatan pegawai , pengembangan pegawai
, pemberiankompensasi dan pemeliharaan sumber daya manusia.
Merancang strategi unggulan melalui pelaksanaan
analisalingkungan yang tentunya akan berpengaruh pada strategi yang
akanditentukan. Strategi merupakan suatu pola yang menjadi arah
sertasasaran kebijakan dimana setiap organisasi selalu dalam keadaan
unggulyang disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan organisasi.
Craig dan M.Grant (1999:14) mengatakan bahwa jenjang strategidibagi
menjadi tiga yaitu : a. Strategi perusahaan yang berkaitan dengan
keputusan- keputusan mengenai masuk keluarnya organisasi dalam
situasi bisnis dan menciptakan daya tarik perusahaan. b.
Strategi bisnis berkaitan dengan bagaimana organisasi
mendapatkan uang, bagaimana seharusnya bersaing dan mewudkan
adanya keunggulan bersaing. c. Strategi fungsional berkaitan
dengan penerapan strategi dalam organisasi yaitu strategi
sumber daya manusia dan strategi sumber daya non manusia.
Strategi Kantor Dinas Pendidikan yang didalamnya menyangkutmisi, visi
dan tujuan serta kebijakan akan disesuaikan dengan visi dan misiProvinsi
Riau menjalankan strategi organisasi, strategi bisnis dan
strategifungsional secara terpadu dimana ketiga strategi selalu
berkaitan satudengan lainnya. Menurut Wheelen dan Hunger (1996:73
) bahwa : Dalam memformulasikan suatu strategi harus dapat
menciptakan misi dan visi organisasi yang sesuai dengan tuntutan
lingkungan internal dan lingkungan eksternal dimana lingkungan
internal terdiri dari struktur organisasi, budaya organisasi, Sumber
daya manusia dan non manusia ; lingkungan eksternal terdiri dari
32
- 33.
globalisasi, kondisi politik, kebijakan pemerintah,
demografi,geografi , kekuatan ekonomi dan kekuatan budaya. Nanang
Fattah (2000:14) mengatakan pendidikan: Proses pengembangan dan
latihan yang mencakup aspek pengetahuan , keterampilan dan
kepribadian terutama yang dilakukan dalam suatu bentuk formula
kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan dan transfer
Ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau organisasi
belajar. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
PendidikanNasional mengenai peranan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraanpendidikan yaitu : a. Pasal 11 ayat 1 dan ayat 2
mengatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan serta jaminan terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warganegara tanpa
diskriminasi . Selain itu pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warganegara yang berusia tujuh sampai dengan limabelas
tahun. b. Pasal 50 ayat5 mengatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah baik kabupaten dan kota menyelenggarakan
pengelolaan pendidikan dasar, pendidikan menengah serta satuan
pendidikan yang berbasiskeunggulan lokal. Dari konsep di atas,
jelas bahwa pendidikan sebagai usaha melaluisuatu proses yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok oranguntuk melakukan pembinaan agar dapat
bermanfaat bagi peserta dimasayang akan datang bagi dirinya atau bagi
orang lain. Dengan demikiantentunya peranan tenaga pendidikan semakin
menjadi jelas karenakeberhasilannya tergantung kemampuan tenaga
kependidikan. Dikatakan oleh Abin Syamsudin (1999:16) bahwa:
Tenaga pendidikan merupakan komponen yang determinan dalam
penyelenggaraan pengembangan sumber daya manusia dan menempati
posisi kunci dalam sistem Pendidikan Nasional.
33
- 34. Dampak
kualitas kemampuan profesional dan kinerja tenaga pendidikan bukan
bukan hanya berkontribusi pada kualitas lulusan yang dihasilkan
atau out put melainkan pada kinerja para lulusan atau out come.
Selanjutnya dijelaskan oleh Abin Syamsudin (1999:18) bahwatenaga
pendidik meliputi berbagai unsur mulai dari orang tua,
masyarakat,guru/dosen , pembimbing, pelatih disekolah yang memberikan
pelayananpendidikan ditambah dengan organisasi pengelola pendidikan
sepertiKantor Dinas Pendidikan yang mampu menerapkan strategi
untukmencapai keunggulan bersaing baik strategi organisasi, bisnis dan
strategifungsional. Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
produktivitas kerjapegawai yang menyangkut mengenai perbandingan antara
efektivitaskerja pegawai dengan efisiensi kerja pegawai yang berkaitan
denganpelayanan umum . Fokus yang dianalisis adalah sikap daripada
pegawaimemberikan persepsi terhadap produktivitas serta variabel lainnya
yangmempengaruhi produktivitas kerja pegawai dimana persepsi
pegawaiterbagi menjadi persepsi pegawai yang didasarkan karakteristik
individuyaitu tingkat pendidikan, masa kerja, gender dan asal daerah.
Karena keterbatasan peneliti, maka faktor produktivitas kerjapegawai
yang menyangkut organisasi saja dianalisis ( 6 faktor ) dan
tidakmengenai factor internal pegawai.Keenam faktor itu dianggap
relevandengan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan yaitu faktor
desaintugas, pengembangan pegawai, kompensasi, gaya
kepemimpinan,motivasi dan kepuasan kerja pegawai.
34
- 35. Dari
uraian diatas dapat digambarkan kerangka
pemikiranpenelitian sebagai berikut :
LINGKUNGAN EKSTERNAL
§ Globalisasi §
Kekuatan politik § Kekuatan
ekonomi § Kekuatan budaya
§ Demografi §
Kebijakan Pusat - Pemda
ORGANISASI - Visi dan Misi DINAS
PENDIDIKAN Organisasi
Penerapan Strategi KAB./ - Strategi
Manajemen Sumber Daya KOTA
organisasi, LINGKUNGAN
INTERNAL §
Struktur organisasi § Budaya organisasi
§ Sumber daya non
Manusia. § Sumber daya
manusia JOB DESAIN
PRODUKTIVITAS PENGEMBANG
QUALITY OF WORK KERJA PEGAWAAI
LIFE DALAM OPTIMALISASI
AN
PELAYANAN
PENDIDIKAN KOMPENSASI
KEPUASAN KERJA DAN
MOTIVASI KERJA
KEPEMIMPINAN PEGAWAIGambar 1.1: Kerangka
Pikir Penelitian
35
- 36. E. Premis-premis1. Premis
1Desain pekerjaan dapat dilakukan untuk menentukan tugas
dankarakteristik serta keterampilan kerja yang nantinya dapat
menghasilkanpersyaratan jabatan dan uraian pekerjaan yang tentunya
bermanfaat bagipengembangan karyawan terhadap kepuasan, komitmen dan
kinerja sertaproduktivitas kerja (Dessler:2001, Hani Handoko:1999)2.
Premis 2Pelaksanaan pengembangan pegawai melalui pendidikan dan
pelatihanyang bertujuan untuk peningkatan kualitas sehingga pegawai akan
lebihefektif, efisien, berkualitas dan produktif dalam pelaksanaan
pekerjaan(Hadari Nawawi:2000)3. Premis 3Kompensasi karyawan mempengaruhi
produktivitas dan tendensi merekauntuk tetap bersama organisasi
atau mencari pekerjaan lainnya(Simamora,1995).4. Premis 4Kompensasi
nonfinansial dalam bentuk: tugas-tugas yang menarik danmenantang,
tanggung jawab yang lebih besar, peluang akan pengakuan,peluang adanya
promosi, kebijakan-kebijakan yang sehat, supervisi yangkompeten, rekan
sekerja yang menyenangkan, simbol status yang tepat,lingkungan kerja
yang nyaman, kompensasi kafetaria, minggu kerja yangdipadatkan, dan
sharing pekerjaan berperanan nyata dalam pemeliharaan
36
- 37. pada
suatu organisasi (Gordon et.al, 1990; Dessler, 2000; 1995; Harveyand
Bowin, 1996; Sedarmayanti, 2001; Simamora, 1995)5. Premis 5Kompensasi
baik dalam bentuk finansial maupun nonfinansial berperannyata dan
positif dalam kualitas kehidupan kerja pada suatu organisasiatau
perusahaan (Gordon et.al, 1990; Dessler, 2000; Carrell et. al,
1995;Harvey and Bowin, 1996;; Davis and Cherns, 1999. )6.Premis
6Aspek-Aspek daripada perbaikan mutu kehidupan kerja (Quality Of
workLife) adalah kompensasi,partisipasi pegawai, kesehatan
lingkungan,pengembangan karier pegawai,pekerjaan yang
menarik danmenyenangkan,supervisi yang baik (Casio; 1998 , Keith
Davis;1999)7.Premis 7Kompensasi dan pemeliharaan pegawai merupakan salah
satu faktoryang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
(Schroeder,1989)8.Premis 8Dalam suatu organisasi pendidikan perilaku
atau gaya seorang pemimpindapat membantu melakukan inisiatif dalam
situasi sosial untuk memotivasidan mengorganisasikan tindakan sehingga
membangkitkan kerjasamadan kepuasan yang efektif dalam pencapaian
tujuan(Oteng Sutisna:1990)9. Premis 9Dalam organisasi pemerintah, para
pejabat dikatakan seorang pemimpindan mempunyai tugas serta tanggung
jawab melaksanakan tugas
37
- 38. pemerintah melalui fungsi
penggerakan dan memberikan motivasisehingga tercipta semangat kerja dan
kepuasan yang nantinya dapatmencapai tujuan pemerintah yang ditetapkan
(S. Pamudji:1995)10.Premis 10Kepuasan dari organisasi adalah profit,
produktivitas dan efektivitas(Simamora,1995;Cascio ,1996 dan
Dessler,1997).11. Premis 11Kepuasan kerja dapat diperoleh melalui
kegiatan memberikan rewardsehingga nantinya memberikan sumbangan yang
sangat penting terhadapefektivitas organisasi ( Dessler:2001, SP.
Siagian:1998).12. Premis 12Kepuasan kerja dan komitmen pegawai dalam
suatu organisasi dapatmeningkatkan produktivitas kerja dalam organisas
tersebut (Mathis danJackson,2000)13. Premis 13Terdapat 33 faktor yang
mempengaruhi produktivitas diantaranyakepemimpinan, desain pekerjaan,
training atau pelatihan dan pemberianimbalan (Sutermeister:1978)14.
Premis 14Kepuasan kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan
sebaliknyaproduktivitas kerja mempengaruhi kepuasan kerja.
Gibson et.al,1985;Robbins,1994 ) .
38
- 39. 15. Premis 15Setiap
individu dalam organisasi mempunyai motif untuk mencapai tujuandan bila
motif itu tercapai maka akan terlihat adanya kepuasan dariindividu
tersebut (Hersey dan Blanchard,1995).F. Hipotesis Berdasarkan
identifikasi masalah, kerangka pemikiran, dan premis-premis yang telah
dinyatakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesispenelitian sebagai
berikut.1. H0 : Tidak ada pengaruh pengaruh Job Desain, Pengembangan
Pegawai dan Kompensasi pegawai serta Gaya Kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/kota. H1 : Terdapat pengaruh pengaruh Job Desain,
Pengembangan Pegawai dan Kompensasi pegawai serta Gaya
Kepemimpinan terhadap kepuasan Kerja pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/kota.2. H0 : Tidak ada pengaruh pengaruh
Job Desain, Pengembangan Pegawai dan Kompensasi pegawai
serta Gaya Kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai
Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/kota. H1 : Terdapat
pengaruh pengaruh Job Desain, Pengembangan Pegawai dan
Kompensasi pegawai serta Gaya Kepemimpinan
39
- 40. terhadap
motivasi Kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/kota.3. H0 : Tidak ada pengaruh pengaruh Job Desain,
Pengembangan Pegawai dan Kompensasi pegawai serta Gaya
Kepemimpinan terhadap produktivitas kerja pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/kota. H1 : Terdapat pengaruh pengaruh
Job Desain, Pengembangan Pegawai dan Kompensasi pegawai serta
Gaya Kepemimpinan terhadap produktivitas Kerja pegawai Kantor
Dinas Pendidikan Kabupaten/kota.4. H0: Tidak ada pengaruh
Kepuasan kerja pegawai terhadap produktivitas
kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/kota.
H1: Terdapat pengaruh Kepuasan kerja pegawai terhadap
produktivitas kerja pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/kota.5. H0 : Tidak ada pengaruh kepuasan
kerja terhadap motivasi kerja pegawai di Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. H1 : Terdapat pengaruh kepuasan kerja
terhadap motivasi kerja pegawai di Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.6. H0 : Tidak ada pengaruh produktivitas kerja dan
motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
40
- 41. H1 :
Terdapat pengaruh produktivitas kerja dan motivasi kerja
terhadap kepuasan kerja7. H0 : Tidak ada pengaruh Motivasi
kerja pegawai terhadap produktivitas kerja
pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. H1:
Terdapat pengaruh Motivasi kerja pegawai
terhadap produktivitas kerja pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota Adapun model penelitian
sebagai berikut : JOB DESAIN
KEPUASA
N KERJA
PENGEMBANG AN
PEGAWAI PRODUKTIVITAS
KERJA PEGAWAI
KOMPENSASI MOTIVAS
I
KERJA E2
GAYA KEPEMIMPIN
ANGambar 1.2 Model Penelitian
41
- 42. G. Metode
Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kotayang ada di Provinsi Riau dengan jumlah Kantor Dinas
Pendidikankabupaten/kota yaitu 15 Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, baikyang berada di Riau Kepulauan dan di Riau Daratan.
Tipe penelitian pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian
yaitubentuk penelitian deskriptif dan bentuk penelitian verifikasi atau
penelitianeksplanatori, dimana penelitian deskriptif menggunakan metode
survai,deskriptif atau studi kasus sedangkan penelitian verifikasi
menggunakanbentuk eksplanatori survai atau eksperimen ( Uma Sekaran
,2001:35) James H. Mc.Millan dan S. Schumacher (2001: 18)
mengatakanbahwa fungsi dari tipe penelitian terdiri dari :a. Penelitian
dasar dengan topik penelitian menyangkut prilaku, ilmu sosial dan
psikologi. Tujuan dalam penelitian ini untuk menguji teori, kaidah
ilmu dan prinsip-prinsip dasar serta hubungan antar fenomena.b.
Penelitian terapan dengan kajian penerapan di lapangan baik menyangkut
pendidikan atau kesehatan. Tujuan yang dicapai adalah menguji
penggunaan berbagai teori yang mendasari fenomena dan menganalisa
hubungan serta mewujudkan generalisasi.c. Penelitian evaluasi yang sifat
lebih praktis dalam mengevaluasi suatu kebijakan. Dari kedua
konsep di atas, maka dalam pelaksanaan penelitian ini,tipe penelitian
yang digunakan adalah penelitian terapan dengan bentukpenelitian yang
sifatnya verifikasi karena permasalahan yang akandianalisa (Analysis of
research Problem) termasuk pada relational problemdan metode
penelitiannya adalah eksperimental.
42
- 43. Model penelitian
dalam bidang pendidikan yang digunakan denganmelakukan pendekatan
kuantitatif, karena penelitian eksperimentaltermasuk pada bagian dari
pendekatan kuantitatif dan penelitian kuantitatiflebih bersifat
“Logiko-hipotetiko verifikasi”. Sejalan dengan kosep diatasdikatakan
oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:19-20) bahwa penelitianeksperimental
merupakan penelitian yang paling canggih yang dilakukanuntuk menguji
hipotesis dengan mengungkapkan hubungan antarvariabel.
Berkaitan dengan model penelitian maka akan dianalisis mengenaihubungan
dan pengaruh antar variabel yang menggunakan alat bantuyaitu pengujian
hipotesis yang sifatnya kuantitatif. Hasil penelitianmerupakan
generalisasi berdasarkan hasil pengukuran. Oleh karenapendekatannya
bersifat pendekatan Positivistik (Nana Sudjana danIbrahim,2001:6-7) .
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer
yangmenyangkut mengenai variabel aktivitas fungsi Manajemen Sumber
DayaManusia mencakup job desain, pengembangan pegawai dan
pemberiankompensasi ,gaya kepemimpinan , mutu dalam kehidupan kerja
organisasiyang terlihat pada kepuasan kerja dan motivasi kerja serta
produktivitaskerja . Data lain yang diperlukan untuk menganalisa
adalah data skunderyang mencakup mengenai Uraian pekerjaan, Struktur
organisasi, Jumlahpegawai dilihat dari pendidikan dan masa kerja,
program kerja Dinas
43
- 44. Pendidikan, Jumlah guru pada satuan
pendidikan, sarana pendidikanseperti letak sekolah, perbandingan guru
dengan murid dan ruangbelajar, kondisi angka-angka yang memperihatinkan
, KepangkatanPegawai , promosi pegawai . Objek penelitian adalah
pegawai pegawai di Kantor dinasPendidikan Kabupaten/kota di Provinsi
Riau. Sampel penelitian dilakukandengan teknik Cluster Sampling untuk
Kantor Dinas Pendidikankabupaten / kota dan pegawai yang
mempunyai kesempatan yang samauntuk dijadikan responden. Dari
15 Kantor Dinas PendidikanKabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Riau diambil sebanyak 30 % atausebanyak 5 Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten/kota yaitu : 1. Kota Pekanbaru 2. Kabupaten Siak
3. Kabupaten Karimun 4. Kabupaten Indragri Hulu 5.
Kabupaten Indragiri Hilir Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan caramenggunakan teknik wawancara, observasi,
kajipustaka dan penyebarankuesioner dengan model pertanyaan perpaduan
antara pertanyaanterbuka dan pertanyaan tertutup serta penggunaan Skala
Likert. Untukpengujian hipotesis digunakan analisa statistik parametrik
yaitu AnalisaJalur (Path Analysis).
44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar